Ditulis oleh: Abang @KhrytMohamad
Kawan, selamat pagi. Semoga harimu semakin hidup dalam menyusun
langkah menuju penjemputan setengah agama.
Pagi ini ingin kubagikan lagi tips dengan wawasan terbatas
yang kupunya. Dulu, aku sempat membaca sebuah artikel (maaf, aku lupa
menempelnya di dinding ingatan darimana artikel itu berasal) yang mengungkap
bahwa ucapan “I Love You” di pagi hari dari/untuk pasangan akan mengubah mood
seharian penuh. Lebih bergairah, lebih bersemangat. Tambahan: itu hasil
penelitian.
Kini, dengan izin-Nya, aku bisa merasakan ada benarnya
penelitian itu. Alhamdulillah langsung dari dan untuk pacar halal seumur hidup.
Bayangkan, pagi hari saat engkau membuka mata, seorang bidadari menyambutmu
dengan tatapan yang menyejukkan hati dan senyuman yang menghangatkan semangat.
Lalu, secara perlahan dan lembut ia ucapkan “I Love You”. Dan tanpa dikomandoi,
ucapan itu akan sigap merasuki otakmu dan mengguncang-guncangkan syaraf sadar
dan kebahagiaan. Ucapan itu akan memaksamu juga untuk menggerakkan mulut,
mengucapkan hal yang sama dengan ditambah kata “juga”. Itu akan menjadi salah satu jenis pemaksaan
yang kau suka, kawan. Percayalah.
Ini ucapan yang bebas engkau ucapkan kapanpun kawan, kau tak
kan pernah bosan. Ada sihir tersendiri dari Tuhan yang membuat ucapan ini ajaib
dan berkhasiat. Ini narkoba yang bebas diberikan dan dikonsumsi kapanpun, tak
akan ada istilah overdosis di dalamnya. Tapi, apabila aku boleh berpesan,
ucapkanlah ini pada saat bangun tidur, sebelum beraktivitas, sebelum dan
sesudah berpisah jarak, dan sebelum tidur. Energi ajaib akan kau dapatkan.
“Ah, saya orangnya nggak romantis. Nggak biasa sama yang
begituan.”
Saranku, biasakanlah, kawan. Sungguh, ini kebutuhan.
“Pasangan saya bisa paham kalau saya mencintai dia. Tak
perlu diucapkan.”
Mungkin ya, ia paham. Engkau lebih mengerti pasanganmu. Tapi
terkadang, tindakan saja tak cukup, ucapan ada sebagai pemanis alami yang
dibutuhkan hati.
Satu hal lagi yang ingin kusampaikan, coba terkadang
tanyakan apa yang diinginkan olehnya. Lalu, jangan berikan langsung. Tunggu
sampai ia lupa, baru berikan. Seperti halnya yang pernah kulakukan dulu pada
Adek (Panggilan sayangku untuknya, mungkin dalam waktu dekat akan menyandang
status “bunda”) Beberapa hari sebelum menikah, sempat kutanyakan suatu hal
padanya.
“Re, suka bunga mawar?”
“Suka.”
“Warna apa sukanya?”
“Putih, emang kenapa, Ri?”
“Nggak, papa, makasih ya...”
Percakapan semacam itu akan membawa dirinya secara tidak
langsung berada dalam penantian. Jangan-jangan
mau dikasih dalam waktu dekat. Mungkin kurang lebih begitu yang akan
dipikirkan.
Waktu akad pernikahan tiba. Tidak, kawan, aku tak membawa
mawar putih itu saat akad. Sengaja. Lebih tepatnya, aku tak menemukan setangkai
mawarpun. Waktu terus bergulir hingga menyentuh angka 2 pekan. Tepat pada saat
itu, secara kebetulan di perpus pusat ada yang menawarkan padaku setangkai
mawar putih dengan tebusan uang sumbangan berapapun. Kurasa tak ada salahnya
menepati “janji-yang-terlupa”. Kusembunyikan di balik punggung dan kukejutkan
dirinya.
“ini, mawar yang waktu itu abang janjiin.” Ia hanya bisa
tersenyum tanpa kata. Benar benar dibisukan oleh perasaan senang yang mengawan.
Senyumnya jelas bukan buatan, matanya berkaca-kaca memantulkan kesenangan yang
ada di dalam hati sana.
“abang... inget?” tanyanya tergagap-gagap.
“ya... pura pura lupa sebenernya.” Tawa renyah mengakhiri
kalimatku. Sebuah kalimat yang seolah menyimpan rencana yang sudah dipersiapkan
sejak lama.
Kawan, ungkapan kasih sayang dalam bentuk ucapan dan
tindakan bukanlah hal yang membuatmu menjadi terlihat tak jantan. Keduanya ada untuk membuat pasanganmu jatuh
sejatuh jatuhnya. Jatuh dalam samudra cinta yang luas....setiap hari.
-Salam Cinta Penuh Kreativitas-
Ps: untuk lanjutan kisah nikah, akan kuberikan nanti malam
:D
No comments:
Post a Comment