Jangan tanya padaku mengenai dalil-dalil tentang keutamaan menikah dan kenapa mesti menikah dulu (dibandingkan pacaran). Maaf, aku tak hafal banyak, aku tak tahu banyak. Oleh karenanya, kusabet tawaran untuk masuk ke grup Muhajirin Anshor 9, grup WhatsApp yang terbilang unik. Grup ini khusus untuk para bujang yang punya rencana untuk menikah dalam tempo satu tahun terhitung semenjak mengikuti grup tersebut. Di dalamnya dibahas segala hal tentang pernikahan (begitu yang tertera di poster). Ah ya, satu hal unik lagi, kawan: anggota grup dijaga betul kerahasiaan datanya. Jadi, bisa dibilang kami adalah agen rahasia pencari teman hidup setia.
Adalah wajar pada awal mula kami saling berkenalan nama, umur, dan pekerjaan. Kuperhatikan satu persatu dari kawan-kawan yang memperkenalkan diri. Rerata dari mereka adalah orang-orang yang kukagumi dan selalu kujadikan panutan, sebut saja ***** *******, ***** *******, ***** *******, dll. Sebagian juga banyak yang sudah memiliki pekerjaan dengan jabatan "wow". Saat ini, aku benar benar minder. Apa kata orang nanti, ada bocah 20 tahun masuk grup pernikahan?
Benar saja, gemetar rasanya saat ingin mengetikan nama dan usia.
Saya Khryt Mohamad
20 tahun
20 tahun
Mahasiswa
Selesai.... selesai sudah kuketik, ternyata tak segemetar yang kubayangkan. Tapi, LEBIH DARI YANG KUBAYANGKAN!
Buah dari ketikan itu mulai membesar. Luar biasa deretan komentar yang deras turun.
"Khryt FIB nih?"
"Khryt yang di Telaga Inspirasi? laaaah"
"Ente serius, Khryt?"
dan lain lainnya yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Di antara segelintir pertanyaan, ada satu yang benar-benar menambat di hati: Apa yang ngebuat ente yakin, khryt? Sebuah pertanyaan yang dengan sukarela terputar ulang di alam bawah sadar.
Kawan, aku sendiri tak begitu mengerti apa alasannya. Tahukah? Saat masuk ke grup tersebut aku sudah dalam kondisi melamarnya. Setelah melamarnya, aku baru menyampaikan ke orang tuaku. Gila, bukan? Entah apa yang membuatku gila sejadi jadinya seperti itu. Kata orang, itulah yang dinamakan keyakinan. Mari kuceritakan sedikit tentang keyakinan itu.
Pelajaran Cinta nomor 2: Keyakinan yang datang dari Allah akan sulit digoyahkan, dan perjalanan menebus keyakinan itu akan selalu dimudahkan.
*******
Kami, Tirai Masa, terbiasa mengadakan acara Rihlah dan Sharing Bersama. Biasanya, Aku kebagian menjadi motivator di akhir acara.
Pertemuan pertama, kami adakan di rotunda, simpel, hanya sekedar kumpul, makan bersama, dan saling bercerita mengenai masa depan Tirai Masa. Pertemuan kuakhiri dengan sebuah motivasi singkat mengenai pentingnya kreativitas.
(Yang jilbab pink bukan istri saya, dia Greta, Ketua Tirai Masa :p)
Untuk rincian kisah pertemuan, kamu bisa melihatnya di sini, kawan :)
Obrol tentang tulisan tersebut, aku tak sengaja menulisnya dengan fokus terhadap dirinya. Benar-benar selama menulis selalu saja wajahnya yang terbayang! Gila memang bila sudah jatuh hati.
Obrol tentang tulisan tersebut, aku tak sengaja menulisnya dengan fokus terhadap dirinya. Benar-benar selama menulis selalu saja wajahnya yang terbayang! Gila memang bila sudah jatuh hati.
Ada kebiasaan baru terbentuk semenjak aku jatuh hati: Mengikuti
perkembangan linimasa media sosial miliknya. Rasanya ini normal di alami manusia
era sekarang. Tapi setelah beberapa hari, untungnya aku terhentak sadar. Jatuh
hati nggak boleh main-main, kalau mau jatuh, jatuhlah benaran, jatuhlah pada
pernikahan. Kesadaran itu membawaku pada sebuah niat untuk menjajal sesuatu
padanya.
Pada sebuah pertemuan di Telaga Inspirasi, kami (Tirai Masa)
berdiskusi mengenai impian masing-masing dan impian Tirai Masa kedepannya. Saat
giliranku berbicara, “kugoda” dia dengan menyebutkan impian tentang pernikahan.
“Insyaallah, 2015 saya kembali ke Indonesia dan melangsungkan pernikahan” semua
pada berhuoo kagum, hanya dia yang tidak. Selepas presentasi “kugoda” lagi
untuk keduakalinya, “eh, temen-temen, tau Jaid, gak? Beberapa bulan lalu dia
baru aja nikah lho. Hebat ya!” Semua ramai merespon, hanya dia yang tidak. Dia
hanya duduk menyembunyikan kepalanya di balik lutut yang tertekuk.
“ganti topik dong, males kalo ngomongin nikah.” Itu sekali-kalinya
ia merespon dengan nada agak bosan. Dan.... komentarnya barusan membuatku agak
patah arang. Keyakinanku agaknya sedikit runtuh. Tak apa, ini tantangan baru, ucapku membatin.
Hari-hari kulalui dengan jawaban istikoroh yang kupanjatkan. Allah
semakin menggiring hatiku pada tingkat keyakinan yang bahkan membuatku kagum
sendiri. Belum pernah aku seyakin ini, belum pernah aku seserius ini. Pernah
mungkin, tapi ditolak oleh seseorang. Singkat cerita, Tirai Masa mengadakan
pertemuan khusus untuk Deep Sharing. Saat itu aku berhalangan hadir, sebagai
gantinya Greta memberiku rekaman sesi spesial itu.
Sungguh decak kagum tiada henti kulancarkan saat mendengar satu
per satu Bagi-Kisah dari teman-teman Tirai Masa, sungguh mereka adalah
orang-orang pilihan nan kuat. Terutama, kuat untuk menggapai impiannya. Ketika
sampai ke giliran Eno berbicara, kupasang konsentrasi yang lebih baik dari
sebelumnya. Kusimak baik-baik. Kutelan tiap katanya mealui telinga. Kucerna
dengan sempurna di dalam jiwa. Di sini, Allah memberikan jawaban terbesar atas
istikhorohku: Keyakinan Super Besar! Ia adalah hasil tempaan terbaik yang
pernah kutemui. Kedewasaannya itu tak diraih secara instan, penuh luka dan
kebijaksanaan dalam mengobatinya. Yang kuyakini saat itu satu: ia adalah orang
yang bisa di ajak mengarungi samudra ganas kehidupan dalam sebuah bahtera rumah
tangga. Aku, membutuhkan wanita kuat seperti itu untuk bersama membesarkan
anak-anakku kelak. Tak henti-hentinya hati ini menangis terisak-isak bahagia
atas jawaban dariNya.
Di akhir pertemuan Tirai Masa berikutnya, aku tak lagi mengulur
waktu, karena apa kawan? Di sana ia memperlihatkan video visualisasi mimpinya. Di
sana tertera target menikah: 2015. Fantastis! Ia yang sebelumnya amat enggan
berbicara tentang pernikahan, mendadak punya target menikah!
“Eno, nanti malam di rumah ada siapa aja?”
“Ada Mama sama Adek. Kenapa, kak?”
“Saya mau ke sana, boleh? Bagi alamatnya, ya.”
“Boleh sih, kak... tapi mau ngapain?”
“Saya mau ngelamar kamu.”
“eeh? Eeeeeeeeeeh????”
NB: malam harinya aku melamar dengan kondisi istimewa: pihak
keluargaku tak tau menau soal ini :p
baru baca dan KEREEEEENNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
ReplyDelete