Anak, adalah rezeki yang tak terkira dari Allah, yang
kedatangannya juga diiringi garis rezeki yang akan terus mendampinginya selama
hidup di dunia. Boleh saja pasangan muda (yang masih kuliah) berusaha untuk
menunda kedatangan sang buah hati dengan berbagai metode alami. Tapi
percayalah, apabila usaha menunda diganti oleh Allah dengan sebuah pembuahan,
hal tersebut patut disyukuri sepatut-patutnya. Pasalnya, di luar sana masih
banyak sekali pasangan yang belum juga dikaruniai rezeki tersebut.
Pertanyaan yang sering muncul dari orang lain ketika salah
satu pasangan muda dikaruniai bibit rezeki tersebut biasanya sama:
1. Kuliah tetap lanjut atau berhenti?
2. Kalau lanjut,
nanti ada masa-masa mesti cuti kuliah dong?
3. Emang udah siap punya anak?
Ya, mungkin itu 3 dari sekian banyak pertanyaan
“ah-masa-sih” yang dilontarkan orang-orang disekeliling kita, termasuk orang
tua kita sendiri.
Kawan, kondisi ini sekarang sedang kami alami.
Alhamdulillah, saat ini Allah sedang menitipkan amanah di dalam perut Adek
Retno. Kurang lebih usianya sudah mencapai angka 7 minggu. Dan luar biasanya
perhatian dari lingkungan sekitar yang kerap penasaran.
Satu hal yang kami yakini: “Allah tak mungkin membebankan
cobaan di luar batas kemampuan umatnya.”
Lho? Kok cobaan? Ya... Bagi kami setiap Rezeki yang datang
pasti sepaket dengan resiko, kawan. Itulah yang mungkin menyebabkan di saat yang sama nikmat adalah cobaan. So,
dengan logika demikian, tak mungkinlah Allah menitipkan rezeki pada umatnya
apabila mereka tak mampu menanggungnya. Jadi, kami yakin Allah yakin dengan
kemampuan dan kesiapan kami menerima amanah luar biasa ini. Awalnya kami memang
tak siap, tapi karena yakin bahwa Allah menganggap kami siap, kami menjadi
siap. Hehehe
Lalu, bagaimana dengan studi? Perlukah cuti?
Pada dasarnya kondisi emosi dan fisik ibu hamil harus tetap
terjaga. Usahakan pikiran positif tetap menguasai diri. Yah, hitung-hitung ikut
menanamkan mental positif juga pada sang buah hati. Kondisi jiwa ibu sehat,
bayi selamat. Dan untuk menjaganya, bisa disiasati dengan tidak mengambil sks
terlalu banyak. Seperti yang dilakukan mba Suranti (Sastra Indonesia 2010,
Istri mas Mujahidin Alfaruqul Adzim, yang juga teman seangkatannya).
Tapi, jika kamu misalnya mesti tetap mengambil sks maksimal
(berhubung sudah dipaketkan), tetaplah jalani. Why? Ya... awalnya juga kami
ragu, tetapi setelah menyaksikan video ini kami jadi yakin bahwa hamil adalah salah satu bukti sehatya
seseorang.
So, atas izin Allah,
kami akan terus kuliah tanpa cuti. Karena kami yakin, hamil bukanlah halangan
untuk tetap sehat beraktivitas (Kecuali kalau kondisi badan sudah tak bisa
diajak kompromi. Hehehe)
See you next time.
Salam Cinta Penuh Kreativitas
VattiMutti.
No comments:
Post a Comment