Monday, November 18, 2013

Separuh jalan

Ditulis oleh : Adek @retnorightnow



Sudah masuk pekan kedua puluh
sejak dirimu menghuni rahim ibu
sudah separuh jalan, Nak
waktu yang kau habiskan untuk bersiap
sampai tiba saatnya menyapa dunia

Maafkan ibu karena belum rutin menyapamu
menemani dan mengajakmu bicara setiap waktu
bukan ibu tidak senang dengan keberadaanmu
tapi karena ibu yang belum pandai membagi waktu
ya, ibumu ini berbeda, Nak
ibu kini masih duduk di bangku kuliah
masih dalam perjalanan merengguk ilmu
dengan segala suka dan dukanya

Seringkali ibu terpaksa tidur larut malam
berkutat dengan segala tugas
tak jarang perasaan ibu gelisah karenanya
maafkan jika itu mengganggu ketenanganmu
karena harus terlibat dengan kesibukan ibu itu
terlebih ibu masih lalai dengan waktu makan
ibu lupa kini ada hakmu disetiap kali ibu makan

Ketika ibu menemui masalah
kau mungkin akan merasakan kesedihan ibu juga
ketika ibu gagal dan terjatuh
kau mungkin akan merasakan sakit yang ibu rasakan
sungguh ibumu ini hanya orang biasa
yang penuh kekurangan dan kekhilafan
pendewasaan adalah hal yang masih terus ibu pelajari
tapi ketahuilah, Nak
ibu tidak pernah bermaksud menyakitimu
ibu ingin menjadi ibu yang terbaik bagimu

Terlepas dari segala ketidaksempurnaan ibu
ibu sangat bersyukur pada Allah
karena telah mengirimkan kau untuk ibu
kini bertambahlah alasan ibu untuk tetap kuat
untuk selalu berusaha yang terbaik
alasan itu adalah kau, Nak dan juga ayahmu
kalian adalah milik ibu yang sangat berharga
amat sangat berharga
tolong kuatkan ibu selalu

Meskipun ibu belum tau siapa dirimu
apakah seorang muslimah yang cantik hatinya
ataukah seorang muslim yang tangguh pribadinya
tapi ibu bisa merasakan keberadaanmu
lewat samar-samar detak jantungmu di perut ibu
doa ibu dan juga ayah
agar kau sehat selalu
dan kelak menjadi seorang khalifah yang berhati besar
mampu turut membangun peradaban manusia
ibu dan ayah yakin
kau akan menjadi orang yang bermanfaat

Ibu dan ayah akan senantiasa mencintaimu
kami akan sabar menunggu perjumpaan kita
ibu harap kau tak menyesal
memiliki ibu sebagai ibumu
ibu yang jauh dari sempurna
ibu yang berjanji akan terus berusaha
untuk melindungimu dan mengasuhmu kelak
karena sesungguhnya status sebagai seorang ibu
adalah kebahagiaan tak terkira

Sampai jumpa Anakku
salam hangat dari ibu dan ayah..

Monday, September 30, 2013

4 Bulan Menuju Masa: #4 Karma? Aku Lebih Suka Menyebutnya Anugrah

Ditulis oleh: Adek @retnorightnow

Love is one big illusion I'll  should try to forget
but there is something left in my head.. ( MLTR - That's Why)

 
Ya, nampaknya cinta tak bersedia memperpanjang perselisihan ini denganku. Bagaimana pun bagian diriku mengingkarinya, aku tak pernah bisa benar-benar lepas dari keberadaan cinta, atau setidaknya keinginanku untuk berdamai dengan cinta.

Pengaruh dari lingkungan yang penuh dengan cinta. Itulah yang membantuku perlahan-lahan untuk sembuh. Bagaimana tidak? Dianugrahi seorang malaikat terbaik dalam sosok seorang Ibu, yang setiap hari dengan sabar menolongku, melakukan apa saja yang ia bisa untuk membantuku melawan pikiran negatif-ku. Nasihat-nasihatnya bagaikan mantra penenang bagiku yang seringkali gelisah dan doa-doanya, yang terlantun tanpa pernah kudengar langsung, terpancar dari hatinya kala ia membiarkanku menangis, meluapkan perasaanku. Belum lagi beberapa sahabatku, Vini, Kiki dan Ratih, yang kerap menjadi tempat untukku berbagi kisah saat rasa tidak nyaman itu membuncah. Entahlah, jika aku adalah mereka, mungkin aku sudah muak menghadapi diriku, sebagaimana aku sendiri memang muak dengan diriku saat itu. Tapi, ketiga perempuan ini sungguh punya satu kesamaan: mereka punya kemampuan mendengarkan yang baik dan rasa simpati yang besar. Mereka adalah sebagian orang yang menyadarkanku kembali, bahwa cinta itu ada. Mereka hadirkan cinta dalam persahabatan yang indah.

Dan satu lagi yang juga amat penting : Tirai Masa. Disinilah aku menemukan begitu banyak cinta yang tercurah, cinta yang kemudian membawa kami, para anggotanya, menyulap diri menjadi ikatan sebuah keluarga. Dan ya, tak hanya itu, di sinilah aku dan dan Abang saling menemukan.

Tibalah hari wawancara, saat pertamaku berkenalan langsung dengan Tirai Masa. Suatu siang di akhir bulan Maret 2013, aku dan ratih sudah berjanji untuk bertemu Kak Greta, sang kapten Tirai Masa. Sebelumya aku telah mengenal Kak Greta dan aku tau dia adalah muslimah yang asik :) maka aku tau, sesi wawancara kali ini pasti akan sangat menyenangkan. Ah, ternyata bukan hanya kami bertiga saja yang akan ada di lingkaran kecil siang ini. Kak Greta membawaku dan ratih ke klaster FIB dan disana kami menemui seorang laki-laki.

Masih kuingat detail penampilannya kala itu: celana bahan panjang, jaket naruto, ransel hitam besar. Ia berdiri di dekat pohon karet dan, sampai kami datang, ia sedang asik memainkan getah karet yang putih dan lengket di jarinya. Menyadari kedatangan kami bertiga, ia lantas berbalik menghampiri kami, dengan raut wajah gembira khas bocah-nya. Sepersekian detik berikutnya aku menyadari bahwa laki-laki ini adalah sang wakil ketua Tirai Masa, Kak Ryan a.k.a Khryt. Saat pertama melihatnya, aku langsung merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda dari orang ini, tapi entah apa itu. Tidak hanya itu, aku juga merasa akan ada sebuah koneksi antara aku dan dia di kemudian hari, tapi aku tak tau koneksi macam apa.

Selanjutnya kami berempat duduk melingkar beralaskan rerumputan dan memulai sesi wawancara siang itu. Bisa dikatakan, wawancara kami saat itu adalah salah satu sesi obral-obrol ter-menyenangkan yang pernah aku ikuti. Tak ada kekakuan, tak ada kecanggungan. Kami saling memperkenalkan diri dan berbagi tentang impian-impian pribadi kami. Saat itu juga kutemukan jawabannya, kenyataan bahwa Kak Greta dan Kak Ryan adalah orang-orang yang memiliki impian besar, yang sungguh berjuang untuk meraih impiannya itu. Aku benar-benar terpana dan seketika itu juga aku langsung mengagumi mereka berdua, terlebih aku baru saja mengenal Kak Ryan. Aku tau, pilihanku untuk bergabung dengan Tirai Masa adalah keputusan yang sangat amat tepat.

Setelah resmi bergabung dengan Tirai Masa, kedua petinggi itu, Kak Greta dan Kak Ryan, menjadi semacam role model bagiku. Aku ingin bangkit dari keterpurukanku dan bergerak, berjuang meraih impianku, seperti yang mereka lakukan. Begitu juga para anggota Tirai Masa yang lain. Mereka mungkin tak akan pernah sadar, betapa mereka semua sangat berkontribusi atas 'kesembuhanku'. Bersama mereka aku mampu melupakan masalahku dan aku sembuh dengan cepat, tanpa kusadari hal itu.

Dua minggu sudah aku bergerak bersama Tirai Masa dan aku semakin bahagia, larut dalam relasi bak kedekatan sebuah keluarga dengan semua anggota Tirai Masa. Kami tidak bisa disebut 'teman biasa' lagi karena ikatan emosional diantara kami sudah sedemikian erat. Kami saling berbagi banyak hal, cerita-cerita bahagia, konyol, rahasia bahkan masalah pribadi kami yang menyedihkan.

Selama itu tak terbesit olehku perasaan istimewa kepada Kak Ryan. Kuanggap dia sebagai kakak, sebagaimana juga sikapnya terhadapku dan anggota Tirai Masa yang lain. Sebagai seorang perempuan, dapat kulihat pribadinya yang penuh perhatian dan hangat kepada kami semua dan sungguh, aku tak ambil pusing dengan spekulasi-spekulasi picisan bahwa ada maksud lain dibalik sikap baiknya kepadaku. Dia adalah pemuda yang baik dan aku yakin itu, itu saja.

Sampai suatu sore, setelah pertemuan Tirai Masa, tanpa ba-bi-bu, Kak Ryan mengutarakan niatnya kepadaku untuk datang ke rumah dan melamarku. Mendengar pernyataannya itu, aku serasa ditarik pindah ke dimensi lain dunia ini. Tidak menjejakkan kaki di darat, tidak menyelam di laut, tidak melayang di angkasa. Perasaanku benar-benar campur aduk, sulit mempercayai kata-katanya, tapi aku yakin dia tidak sedang bergurau. Setelah beberapa saat terbisu, bukan membisu, akhirnya meluncur perkataan silakan-ku kepadanya. Aku sendiri terheran-heran dengan responku. Rasanya, seakan yang menjawab pertanyaannya bukanlah diriku, tapi setiap sel anggota badan dan alam bawah sadarku yang bersatu dan bersekongkol untuk berkata demikian.

Saat itulah akhirnya aku menyadari keberadaannya, perasaanku menyambut perasaanya. Aku bisa merasakan dan mengenali sesuatu yang penting itu, yang mendasari itu semua terjadi. Cinta. Aku mencintainya, sebagaimana ia mencintaiku. Dan keadaan pun berubah, sepenuhnya. Hanya dalam waktu singkat, aku telah kembali menjadi orang yang amat mencintai dan dicintai, dalam makna umum maupun personal. Dari seseorang yang anti dan menolak cinta, menjadi orang yang senantiasa berharap untuk dapat secepat mungkin mewujudkan cinta, dalam pernikahan dengannya.

Karma? Aku lebih suka menyebutnya anugrah.. karena Allah telah benar-benar menyelamatku.. Ia telah mempertemukan aku dengan cinta yang sejati, tepat di saat aku nyaris terjatuh dalam sikap apatis terhadap cinta.

Sunday, August 25, 2013

[VattiMuttips]: Bibit Rezeki Vs Kuliah.

Anak, adalah rezeki yang tak terkira dari Allah, yang kedatangannya juga diiringi garis rezeki yang akan terus mendampinginya selama hidup di dunia. Boleh saja pasangan muda (yang masih kuliah) berusaha untuk menunda kedatangan sang buah hati dengan berbagai metode alami. Tapi percayalah, apabila usaha menunda diganti oleh Allah dengan sebuah pembuahan, hal tersebut patut disyukuri sepatut-patutnya. Pasalnya, di luar sana masih banyak sekali pasangan yang belum juga dikaruniai rezeki tersebut.

Pertanyaan yang sering muncul dari orang lain ketika salah satu pasangan muda dikaruniai bibit rezeki tersebut biasanya sama:

1. Kuliah tetap lanjut atau berhenti?
2.  Kalau lanjut, nanti ada masa-masa mesti cuti kuliah dong?
3. Emang udah siap punya anak?

Ya, mungkin itu 3 dari sekian banyak pertanyaan “ah-masa-sih” yang dilontarkan orang-orang disekeliling kita, termasuk orang tua kita sendiri.

Kawan, kondisi ini sekarang sedang kami alami. Alhamdulillah, saat ini Allah sedang menitipkan amanah di dalam perut Adek Retno. Kurang lebih usianya sudah mencapai angka 7 minggu. Dan luar biasanya perhatian dari lingkungan sekitar yang kerap penasaran.

Satu hal yang kami yakini: “Allah tak mungkin membebankan cobaan di luar batas kemampuan umatnya.”
Lho? Kok cobaan? Ya... Bagi kami setiap Rezeki yang datang pasti sepaket dengan resiko, kawan. Itulah yang mungkin menyebabkan di  saat yang sama nikmat adalah cobaan. So, dengan logika demikian, tak mungkinlah Allah menitipkan rezeki pada umatnya apabila mereka tak mampu menanggungnya. Jadi, kami yakin Allah yakin dengan kemampuan dan kesiapan kami menerima amanah luar biasa ini. Awalnya kami memang tak siap, tapi karena yakin bahwa Allah menganggap kami siap, kami menjadi siap. Hehehe

Lalu, bagaimana dengan studi? Perlukah cuti?

Pada dasarnya kondisi emosi dan fisik ibu hamil harus tetap terjaga. Usahakan pikiran positif tetap menguasai diri. Yah, hitung-hitung ikut menanamkan mental positif juga pada sang buah hati. Kondisi jiwa ibu sehat, bayi selamat. Dan untuk menjaganya, bisa disiasati dengan tidak mengambil sks terlalu banyak. Seperti yang dilakukan mba Suranti (Sastra Indonesia 2010, Istri mas Mujahidin Alfaruqul Adzim, yang juga teman seangkatannya).

Tapi, jika kamu misalnya mesti tetap mengambil sks maksimal (berhubung sudah dipaketkan), tetaplah jalani. Why? Ya... awalnya juga kami ragu, tetapi setelah menyaksikan video ini kami jadi yakin bahwa hamil adalah salah satu bukti sehatya seseorang.

So, atas izin Allah, kami akan terus kuliah tanpa cuti. Karena kami yakin, hamil bukanlah halangan untuk tetap sehat beraktivitas (Kecuali kalau kondisi badan sudah tak bisa diajak kompromi. Hehehe)

See you next time.


Salam Cinta Penuh Kreativitas
VattiMutti.

Sunday, August 18, 2013

4 Bulan Menuju Masa: #3 Suatu Masa Sebelum Kisah Dimulai


Ditulis oleh: Adek @retnorightnow



Sebelum bercerita lebih jauh, aku ingin memulai dengan sebuah pengakuan tentang kondisiku sebelum aku bertemu dengan Abang, yang sudah sedikit digambarkan oleh Abang pada tulisannya sebelum ini.


Sampai awal maret 2013 silam tak pernah terpikirkan oleh ku tentang menikah di usia muda, dalam waktu dekat. Malah, selama berbulan-bulan lamanya aku ini terjangkit semacam ‘penyakit’ : cenderung sebal ketika mendengar apapun tentang pernikahan. Ya, apapun. Setiap mengetahui ada yang menikah (terlebih kalau pasangan yang akan menikah itu masih muda), baik itu saudara, tetangga, artis, teman atau siapapun, aku secara refleks langsung memalingkan muka, hati dan pikiran. Hal yang sama juga terjadi ketika aku tak sengaja melihat baju pernikahan, kue pernikahan, janur kuning pernikahan, undangan pernikahan atau bahkan poster kajian pernikahan..


Sebab ‘penyakit’-ku ini jelas bukan karena aku pernah gagal dalam rumah tangga (aku kan belum pernah menikah saat itu), bukan pula karena pernah melihat kasus KDRT. Bukan karena aku iri karena juga ingin menikah di usia muda, bukan karena aku tidak mengerti bahwa menikah adalah kebutuhan setiap manusia.. Bukan. Sebuah kejadian di masa lalu tanpa sadar telah membuatku takut akan pernikahan dan semakin hari perasaan itu semakin kuat, terlebih karena aku tak pernah benar-benar mencari solusi atas ‘penyakit’-ku ini. Atas nama masa lalu, kubiarkan ia tumbuh tanpa perlawanan dariku. Salah satu hal yang meyebabkan aku berpaling ketika menemui hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan : aku merasa kalah dan tak berdaya dibandingkan dengan para pasangan itu, mereka adalah orang-orang yang punya persepsi normal tentang cinta dan pernikahan, sedangkan aku malah terjerat ‘penyakit’ aneh ini. Sungguh tidak adil.


Akhirnya semuanya sudah berada di ambang batas. Dalam diamku, ‘penyakit’ ini sudah semakin parah dan aku hanya punya dua pilihan : sembuh total dan menjadi orang normal atau kalah dan terlabeli sebagai orang yang tidak memiliki keinginan untuk menikah. Rasio dan hati nuraniku pun memberontak, melawan ‘penyakit’ ini. Perlahan-lahan kuproses ulang diriku, kususun kembali persepsi mengenai cinta dan pernikahan. Hal yang paling penting adalah : aku harus sadar dan mau menyadari bahwa aku telah melakukan kesalahan. Kemudian kusadari satu hal : untuk membantu pemulihanku, aku harus banyak bergerak, dalam berbagai arti, agar ‘penyakit’ ini tidak lagi memengaruhiku. Ya, kesendirian dan kediamanku menjadi semacam celah yang terbuka lebar bagi ‘penyakit’-ku untuk memasuki kehidupanku lagi.


Pertengahan Maret 2013, aku berdiri di depan mading gedung VII FIB UI dan memerhatikan sebuah poster dari sebuah komunitas bernama Tirai Masa. “Open Recruitment for Core Team”, itulah tulisan yang tertera di sana. Rasa penasaran membuatku lama berdiri di situ, mencerna setiap sentimeter isi poster itu. Ada empat divisi yang di buka : scholarship, fiction writing, non-fiction writing dan public speaking. Ahh.. benar-benar beruntung. Selama ini aku selalu kagum menyaksikan kepiawaian para public speaker dan selalu ingin bisa berbicara di depan umum sebaik mereka. Terlebih lagi, inilah yang amat kubutuhkan, inilah momentum bagiku untuk bergerak, move on.


Kupandangi satu per satu wajah yang ada di poster itu, membayangkan diriku bergerak bersama mereka dalam komunitas Tirai Masa.. Hanya dua wajah yang kukenal di komunitas itu tapi kurasakan wajah mereka semua begitu bersahabat. Sudah kuputuskan : aku akan bergabung dengan Tirai Masa di divisi public speaking. Entah kenapa, mendadak aku merasa begitu antusias. Kurasakan ada kebahagiaan yang akan menyambutku di depan sana. Aku yakin, Tirai Masa tidak hanya akan membuatku belajar lebih banyak tentang public speaking, tetapi juga sekaligus membuatku lupa akan ‘penyakit’-ku. Setelah bergabung aku pun tau, Tirai Masa memang mewujudkan keduanya, bahkan lebih, melampaui yang kubayangkan.. 


Di Tirai Masa-lah aku bertemu dengannya..


Monday, August 12, 2013

[VattiMuttips] Ini Kebutuhan!



Ditulis oleh: Abang @KhrytMohamad

Kawan, selamat pagi. Semoga harimu semakin hidup dalam menyusun langkah menuju penjemputan setengah agama.

Pagi ini ingin kubagikan lagi tips dengan wawasan terbatas yang kupunya. Dulu, aku sempat membaca sebuah artikel (maaf, aku lupa menempelnya di dinding ingatan darimana artikel itu berasal) yang mengungkap bahwa ucapan “I Love You” di pagi hari dari/untuk pasangan akan mengubah mood seharian penuh. Lebih bergairah, lebih bersemangat. Tambahan: itu hasil penelitian.

Kini, dengan izin-Nya, aku bisa merasakan ada benarnya penelitian itu. Alhamdulillah langsung dari dan untuk pacar halal seumur hidup. Bayangkan, pagi hari saat engkau membuka mata, seorang bidadari menyambutmu dengan tatapan yang menyejukkan hati dan senyuman yang menghangatkan semangat. Lalu, secara perlahan dan lembut ia ucapkan “I Love You”. Dan tanpa dikomandoi, ucapan itu akan sigap merasuki otakmu dan mengguncang-guncangkan syaraf sadar dan kebahagiaan. Ucapan itu akan memaksamu juga untuk menggerakkan mulut, mengucapkan hal yang sama dengan ditambah kata “juga”.  Itu akan menjadi salah satu jenis pemaksaan yang kau suka, kawan. Percayalah.

Ini ucapan yang bebas engkau ucapkan kapanpun kawan, kau tak kan pernah bosan. Ada sihir tersendiri dari Tuhan yang membuat ucapan ini ajaib dan berkhasiat. Ini narkoba yang bebas diberikan dan dikonsumsi kapanpun, tak akan ada istilah overdosis di dalamnya. Tapi, apabila aku boleh berpesan, ucapkanlah ini pada saat bangun tidur, sebelum beraktivitas, sebelum dan sesudah berpisah jarak, dan sebelum tidur. Energi ajaib akan kau dapatkan.

“Ah, saya orangnya nggak romantis. Nggak biasa sama yang begituan.”
Saranku, biasakanlah, kawan. Sungguh, ini kebutuhan.

“Pasangan saya bisa paham kalau saya mencintai dia. Tak perlu diucapkan.”
Mungkin ya, ia paham. Engkau lebih mengerti pasanganmu. Tapi terkadang, tindakan saja tak cukup, ucapan ada sebagai pemanis alami yang dibutuhkan hati.

Satu hal lagi yang ingin kusampaikan, coba terkadang tanyakan apa yang diinginkan olehnya. Lalu, jangan berikan langsung. Tunggu sampai ia lupa, baru berikan. Seperti halnya yang pernah kulakukan dulu pada Adek (Panggilan sayangku untuknya, mungkin dalam waktu dekat akan menyandang status “bunda”) Beberapa hari sebelum menikah, sempat kutanyakan suatu hal padanya.

“Re, suka bunga mawar?”

“Suka.”

“Warna apa sukanya?”

“Putih, emang kenapa, Ri?”

“Nggak, papa, makasih ya...”

Percakapan semacam itu akan membawa dirinya secara tidak langsung berada dalam penantian. Jangan-jangan mau dikasih dalam waktu dekat. Mungkin kurang lebih begitu yang akan dipikirkan.
Waktu akad pernikahan tiba. Tidak, kawan, aku tak membawa mawar putih itu saat akad. Sengaja. Lebih tepatnya, aku tak menemukan setangkai mawarpun. Waktu terus bergulir hingga menyentuh angka 2 pekan. Tepat pada saat itu, secara kebetulan di perpus pusat ada yang menawarkan padaku setangkai mawar putih dengan tebusan uang sumbangan berapapun. Kurasa tak ada salahnya menepati “janji-yang-terlupa”. Kusembunyikan di balik punggung dan kukejutkan dirinya.

“ini, mawar yang waktu itu abang janjiin.” Ia hanya bisa tersenyum tanpa kata. Benar benar dibisukan oleh perasaan senang yang mengawan. Senyumnya jelas bukan buatan, matanya berkaca-kaca memantulkan kesenangan yang ada di dalam hati sana.

“abang... inget?” tanyanya tergagap-gagap.

“ya... pura pura lupa sebenernya.” Tawa renyah mengakhiri kalimatku. Sebuah kalimat yang seolah menyimpan rencana yang sudah dipersiapkan sejak lama.

Kawan, ungkapan kasih sayang dalam bentuk ucapan dan tindakan bukanlah hal yang membuatmu menjadi terlihat tak jantan.  Keduanya ada untuk membuat pasanganmu jatuh sejatuh jatuhnya. Jatuh dalam samudra cinta yang luas....setiap hari.

-Salam Cinta Penuh Kreativitas-
 

Ps: untuk lanjutan kisah nikah, akan kuberikan nanti malam :D

Saturday, August 10, 2013

[VattiMuttips] Kami ingin membentuknya, Generasi Ingat Mati



Ditulis oleh: Abang @KhrytMohamad

Sebelumnya, berikan maafmu pada kami kawan. Kami alpha dalam memperbaharui isi blog ini. Pagi ini akan kuceritakan hal yang baru saja mengubah total kehidupan kami. Sebuah kalimat yang kuingat: "Orang yang paling cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat kematian dan mempersiapkan untuknya." untuk penjelasan lengkap, kau bisa melipir ke tautan ini, kawan.

Kalimat tersebut awalnya hanyalah sebuah kalimat mutiara bagiku. Namun kini, benar-benar terasa berbeda. Ramadhan silam, aku dinobatkan sebagai pengisi pelatihan perencanaan hidup di Pesantren Kilat SMAN 54. Entah kenapa, untuk pertamakalinya aku memasukkan perihal kematian. Ya, kurang lebih begini kawan. Hidup kita Cuma kurang lebih 60-70 tahun, dan waktu yang singkat tersebut akan menjadi bekal untuk kehidupan abadi kelak di akhirat (setidaknya ini yang kupercaya sebagai muslim). Tetapi apa benar Cuma 60-70? Bisa jadi kurang, bisa jadi bulan depan, esok, atau sejam kemudian kita tiada berdenyut nyawa.

Ah, sungguh kawan, awalnya aku merasa hanya sedikit gemetar saat menyampaikan itu dihadapan adik-adik 54. Namun, keduakali, tigakali, empatkali, dan limakali tidaklah sama. Gemetar tersebut menjelma menjadi ketakutan yang akut.

“Bisa jadi..... abang.... sejam ke..mudian...” sulit bagiku melanjutkan kalimat ini. Berat, terasa benar-benar akan dijemput oleh “pembawa death-scythe”. Hatiku terisak pedih, ternyata itu pula yang dirasakan beberapa adik di sana.

“Karena itu, teman-teman...” kesimpulan mulai kulayangkan perlahan, “Apabila kita senantiasa mengingat kematian yang masih misteri ini, kita akan melakukan yang terbaik.”

Materi yang terus kusampaikan itu perlahan terinternalisasi, menari mari di dalam pikiran, meminta perhatian. Belum usai tariannya, aku kembali ditimpali pesan kematian:

Ini, kawan.

Video tersebut sungguhlah tak kupikirkan sebelumnya, hanya sebuah tontonan acak. Namun, hadir di saat yang tepat. Ia hadir di kala tarian kematian mulai kelelahan, ia hadir sebagai musik penyemangat sehingga tak bisa kututup panggung pikiran. Sang penari memaksa untuk terus ditonton.

Jadilah tercipta sebuah keinginan unik: ingin terus membahagiakannya, tak ingin berpisah jarak dalam keadaan bersalah atau belum memberikan sentuhan maaf. Ingin terus dzikrullah, ingin terus dzikrulmaut. Terus sampai ia benar-benar tiba.

Seperti tadi malam kawan, aku berpesan kepadanya sebelum tidur:

“Dek, kalau kiranya nanti abang gabisa dibangunin untuk tahajud, jangan panik, solat aja lebih dulu, setelah itu baru urus abang. Dan tetap solat tepat waktu, sholat dhuha, dan sedekah.” Lalu kukecup keningnya seraya berkata, “i love you, dek”. Kaa-kata tersebut betul kuucapkan dengan perasaan seolah akan tiada.

Tahu bagaimana responnya, kawan? Ia menangis terisak-isak. Mungkin terbayang betul bahwa aku suatu saat nanti hanya akan tersisa raga dan nyawa. Tapi imbasnya, kawan. Luar biasa! Tidur kami yang luar biasa nyaman diawali witir terlebih dahulu. Keinginan untuk tahajud menjadi membatin. Kuat sekali. Alasan kami satu: tak ingin kami menghadapNya sebagai nyawa kelak dalam kondisi belum beribadah, wajib maupun sunnah.

“Kita mesti terus mempersiapkan diri, dek. Karena memang, akan tiba saatnya percakapan kita ini menjadi kenyataan.”

“iya, bang.”


Kami pun terlelap dengan hati yang tenang.

Tuesday, August 6, 2013

4 Bulan Menuju Masa: #2 Keyakinan Super

Ditulis oleh: Abang @KhrytMohamad

Jangan tanya padaku mengenai dalil-dalil tentang keutamaan menikah dan kenapa mesti menikah dulu (dibandingkan pacaran). Maaf, aku tak hafal banyak, aku tak tahu banyak. Oleh karenanya, kusabet tawaran untuk masuk ke grup Muhajirin Anshor 9, grup WhatsApp yang terbilang unik. Grup ini khusus untuk para bujang yang punya rencana untuk menikah dalam tempo satu tahun terhitung semenjak mengikuti grup tersebut. Di dalamnya dibahas segala hal tentang pernikahan (begitu yang tertera di poster). Ah ya, satu hal unik lagi, kawan: anggota grup dijaga betul kerahasiaan datanya. Jadi, bisa dibilang kami adalah agen rahasia pencari teman hidup setia.

Adalah wajar pada awal mula kami saling berkenalan nama, umur, dan pekerjaan. Kuperhatikan satu persatu dari kawan-kawan yang memperkenalkan diri.  Rerata dari mereka adalah orang-orang yang kukagumi dan selalu kujadikan panutan, sebut saja ***** *******, ***** *******, ***** *******, dll. Sebagian juga banyak yang sudah memiliki pekerjaan dengan jabatan "wow". Saat ini, aku benar benar minder. Apa kata orang nanti, ada bocah 20 tahun masuk grup pernikahan?

4 Bulan Menuju Masa: #1 Awal Mula

Ditulis oleh: Abang @KhrytMohamad

Kamu boleh terkejut, kawan. Aku, Khryt Mohamad, sudah sedari kecil memikirkan tentang pernikahan. Ia adalah sebuah impian yang selalu ingin kugapai. Sungguh. Pernah dulu semasa SMA, kucoba melamar teman dari masa kecil. Namun, ditolak tanpa pikir panjang. Wajar, sih, melamarnya juga tanpa pikir panjang! Sampai merela-relakan diri pergi ke pekalongan dengan uang pas-pas-an, hanya untuk melamarnya. Benar-benar nekad. Apaboleh buat, rasa suka sudah ada semenjak kami duduk di kelas yang sama, di bangku Madrasah Ibtidayah.

Pelajaran pertama tentang cinta: Boleh jadi kamu menyukai dan mengenal lama seseorang, tapi belum tentu ia jodohmu.

Untukmu, Kawan yang Penuh Perhatian.

Ditulis oleh: Abang @KhrytMohamad.

Banyak kawan bertanya, bagaimana kami berjumpa hingga akhirnya memutuskan untuk menikah (muda). Kami pun memutuskan untuk membuat blog ini. Khusus untukmu, kawan, yang mungkin memendam rasa penasaran dan keingintahuan.

Tetapi, kurang bermanfaat rasanya apabila kami hanya memuat "sejarah". Oleh karena itu, dengan segala keendahan hati, kami memohon izin untuk turut pula memuat hal-hal yang kiranya bisa dijadikan manfaat dari kejadian yang kami alami sehari-hari. Mungkin ini akan menjadi semacam jurnal kehidupan sekaligus wadah kami berbagi sedikit ilmu kepadamu, kawan.

Satu harapan kami: Blog ini membawa manfaat untukmu, kawan yang senantiasa perhatian.

Salam Cinta penuh Kreativitas,
-Khryt Mohamad dan Dwi Retno C-