Ditulis oleh : Mutti eno
Tak terasa tahun 2016 segera akan memasuki bulan ke-4. Bagaimana kabar kita saat ini? Baik kah? Bagaimana kabar impian-impian a.k.a resolusi yang kita tuliskan di penghujung tahun 2015 kemarin?
Di usia-usia kita saat ini, ada salah satu topik yang begitu fenomenal, yang gaungnya ramai terdengar dimana-mana : MENIKAH. Sebagian dari teman-teman mungkin ada yang sudah menikah, ada pula yang sedang menjalani proses menjelang pernikahan, ada yang mencari atau menanti jodoh, ada juga yang masih belum berpikir tentang salah satu fase terbesar kehidupan tersebut.
Bicara tentang pernikahan, ada satu pertanyaan besar yang pasti muncul dalam benak, Berapa sih modal buat nikah? Kenyataannya, pertanyaan yang satu ini seringkali tak sekadar muncul dalam benak, tetapi juga menghantui atau bahkan meneror benak para calon pasangan yang hendak mewujudkan cinta. Maka kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang modal nikah.
*********
Seorang kawan saya yang masih lajang pernah iseng bertanya kepada saya beberapa bulan lalu, "Eno, waktu nikah dulu abis biaya berapa?"
Saya pun lantas tersenyum mendengar pertanyaan itu. "3 juta", jawab saya pendek.
"Seriusan??", kawan saya itu nampak terheran-heran. Saya pun tertawa-tawa kecil, menikmati ekspresi wajah kawan saya saat itu yang tampak kaget mendengar jawaban saya.
Saya pun lantas tersenyum mendengar pertanyaan itu. "3 juta", jawab saya pendek.
"Seriusan??", kawan saya itu nampak terheran-heran. Saya pun tertawa-tawa kecil, menikmati ekspresi wajah kawan saya saat itu yang tampak kaget mendengar jawaban saya.
Ya, alhamdulillah Allah telah memberikan kemudahan bagi saya dan suami saya, M Ryan Saputra, kala kami menikah 27 juni 2013 silam.
Pertama bertemu di kampus FIB UI tercinta pada akhir maret 2013, saling jatuh cinta, kemudian mantap untuk menikah karena bagi kami, pernikahan adalah wujud keseriusan cinta. Niatan indah kami ini bukanlah tanpa hambatan. Sebelum akhirnya menjadi orang yang paling mendukung rencana pernikahan kami, pada awalnya ayah saya begitu skeptis terhadap niatan kami untuk menikah saat masih berkuliah. Kala itu kami berjuang, berdoa, belajar, menabung, menyiapkan diri, melakukan apapun yang kami bisa untuk mewujudkan niatan kami : sesegera mungkin menikah, karena niat baik tak baik bila terus ditunda.
Saat restu telah berada di tangan, kami lantas bergerak (sangat) cepat mengurus segala-galanya. Berbekal sedikit tabungan dan kebaikan seorang kawan, alhamdulillah kami mempunyai dana 3juta rupiah untuk menikah, dan itu lebih dari cukup bagi kami.
Pertama bertemu di kampus FIB UI tercinta pada akhir maret 2013, saling jatuh cinta, kemudian mantap untuk menikah karena bagi kami, pernikahan adalah wujud keseriusan cinta. Niatan indah kami ini bukanlah tanpa hambatan. Sebelum akhirnya menjadi orang yang paling mendukung rencana pernikahan kami, pada awalnya ayah saya begitu skeptis terhadap niatan kami untuk menikah saat masih berkuliah. Kala itu kami berjuang, berdoa, belajar, menabung, menyiapkan diri, melakukan apapun yang kami bisa untuk mewujudkan niatan kami : sesegera mungkin menikah, karena niat baik tak baik bila terus ditunda.
Saat restu telah berada di tangan, kami lantas bergerak (sangat) cepat mengurus segala-galanya. Berbekal sedikit tabungan dan kebaikan seorang kawan, alhamdulillah kami mempunyai dana 3juta rupiah untuk menikah, dan itu lebih dari cukup bagi kami.
Kira-kira beginilah rinciannya :
1 juta untuk mengurus administrasi dan dokumen2 pernikahan (RT, RW, kelurahan, kecamatan, KUA). Ini terhitung mahal karena kami baru mendaftarkan berkas ke KUA pada H-4 dari tanggal akad nikah, sehingga dikenakan biaya penalti.
1 juta untuk mengurus administrasi dan dokumen2 pernikahan (RT, RW, kelurahan, kecamatan, KUA). Ini terhitung mahal karena kami baru mendaftarkan berkas ke KUA pada H-4 dari tanggal akad nikah, sehingga dikenakan biaya penalti.
1 juta untuk konsumsi keluarga dan kerabat yang hadir pada prosesi akad nikah kami yang berlangsung di aula KUA.
1 juta untuk mas kawin, cincin, dan kebutuhan lainnya. Pakaian yang kami pakai saat akad nikah : kebaya milik sendiri, jas pinjaman dari sahabat baik, dan kakak kandung saya lah menjadi penata rias saya.
*******
Tahun 2016 sudah sepertiga jalan. Dari sekian banyak resolusi yang teman-teman rencanakan, mungkin menikah di tahun ini adalah salah satunya. Jika demikian, saya berdoa semoga Allah kabulkan niat baik tersebut. Satu hal yang ingin saya sampaikan, indah atau tidaknya kehidupan pernikahan tidak bergantung kepada mewah atau tidak mewahnya prosesi pernikahan yang diadakan. Bisa mengadakan resepsi pernikahan dan menjamu banyak tamu dengan suguhan yang istimewa adalah hal yang tentu saja indah dan menyenangkan, namun jangan sampai karena alasan "belum punya modal" lantas niat baik itu kian ditunda-tunda padahal jodoh sudah tersedia. Masih banyak hal lain yang perlu "dirisaukan" dan disiapkan, ketimbang resepsi pernikahan yang mewah nan megah. Kesiapan mental, ilmu, niat, visi untuk menikah, jelas lebih utama.
Maka pertanyaan yang sesungguhnya bukanlah "BERAPA sih modal nikah?", melainkan "APA aja sih modal nikah?"
No comments:
Post a Comment