Monday, September 30, 2013

4 Bulan Menuju Masa: #4 Karma? Aku Lebih Suka Menyebutnya Anugrah

Ditulis oleh: Adek @retnorightnow

Love is one big illusion I'll  should try to forget
but there is something left in my head.. ( MLTR - That's Why)

 
Ya, nampaknya cinta tak bersedia memperpanjang perselisihan ini denganku. Bagaimana pun bagian diriku mengingkarinya, aku tak pernah bisa benar-benar lepas dari keberadaan cinta, atau setidaknya keinginanku untuk berdamai dengan cinta.

Pengaruh dari lingkungan yang penuh dengan cinta. Itulah yang membantuku perlahan-lahan untuk sembuh. Bagaimana tidak? Dianugrahi seorang malaikat terbaik dalam sosok seorang Ibu, yang setiap hari dengan sabar menolongku, melakukan apa saja yang ia bisa untuk membantuku melawan pikiran negatif-ku. Nasihat-nasihatnya bagaikan mantra penenang bagiku yang seringkali gelisah dan doa-doanya, yang terlantun tanpa pernah kudengar langsung, terpancar dari hatinya kala ia membiarkanku menangis, meluapkan perasaanku. Belum lagi beberapa sahabatku, Vini, Kiki dan Ratih, yang kerap menjadi tempat untukku berbagi kisah saat rasa tidak nyaman itu membuncah. Entahlah, jika aku adalah mereka, mungkin aku sudah muak menghadapi diriku, sebagaimana aku sendiri memang muak dengan diriku saat itu. Tapi, ketiga perempuan ini sungguh punya satu kesamaan: mereka punya kemampuan mendengarkan yang baik dan rasa simpati yang besar. Mereka adalah sebagian orang yang menyadarkanku kembali, bahwa cinta itu ada. Mereka hadirkan cinta dalam persahabatan yang indah.

Dan satu lagi yang juga amat penting : Tirai Masa. Disinilah aku menemukan begitu banyak cinta yang tercurah, cinta yang kemudian membawa kami, para anggotanya, menyulap diri menjadi ikatan sebuah keluarga. Dan ya, tak hanya itu, di sinilah aku dan dan Abang saling menemukan.

Tibalah hari wawancara, saat pertamaku berkenalan langsung dengan Tirai Masa. Suatu siang di akhir bulan Maret 2013, aku dan ratih sudah berjanji untuk bertemu Kak Greta, sang kapten Tirai Masa. Sebelumya aku telah mengenal Kak Greta dan aku tau dia adalah muslimah yang asik :) maka aku tau, sesi wawancara kali ini pasti akan sangat menyenangkan. Ah, ternyata bukan hanya kami bertiga saja yang akan ada di lingkaran kecil siang ini. Kak Greta membawaku dan ratih ke klaster FIB dan disana kami menemui seorang laki-laki.

Masih kuingat detail penampilannya kala itu: celana bahan panjang, jaket naruto, ransel hitam besar. Ia berdiri di dekat pohon karet dan, sampai kami datang, ia sedang asik memainkan getah karet yang putih dan lengket di jarinya. Menyadari kedatangan kami bertiga, ia lantas berbalik menghampiri kami, dengan raut wajah gembira khas bocah-nya. Sepersekian detik berikutnya aku menyadari bahwa laki-laki ini adalah sang wakil ketua Tirai Masa, Kak Ryan a.k.a Khryt. Saat pertama melihatnya, aku langsung merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda dari orang ini, tapi entah apa itu. Tidak hanya itu, aku juga merasa akan ada sebuah koneksi antara aku dan dia di kemudian hari, tapi aku tak tau koneksi macam apa.

Selanjutnya kami berempat duduk melingkar beralaskan rerumputan dan memulai sesi wawancara siang itu. Bisa dikatakan, wawancara kami saat itu adalah salah satu sesi obral-obrol ter-menyenangkan yang pernah aku ikuti. Tak ada kekakuan, tak ada kecanggungan. Kami saling memperkenalkan diri dan berbagi tentang impian-impian pribadi kami. Saat itu juga kutemukan jawabannya, kenyataan bahwa Kak Greta dan Kak Ryan adalah orang-orang yang memiliki impian besar, yang sungguh berjuang untuk meraih impiannya itu. Aku benar-benar terpana dan seketika itu juga aku langsung mengagumi mereka berdua, terlebih aku baru saja mengenal Kak Ryan. Aku tau, pilihanku untuk bergabung dengan Tirai Masa adalah keputusan yang sangat amat tepat.

Setelah resmi bergabung dengan Tirai Masa, kedua petinggi itu, Kak Greta dan Kak Ryan, menjadi semacam role model bagiku. Aku ingin bangkit dari keterpurukanku dan bergerak, berjuang meraih impianku, seperti yang mereka lakukan. Begitu juga para anggota Tirai Masa yang lain. Mereka mungkin tak akan pernah sadar, betapa mereka semua sangat berkontribusi atas 'kesembuhanku'. Bersama mereka aku mampu melupakan masalahku dan aku sembuh dengan cepat, tanpa kusadari hal itu.

Dua minggu sudah aku bergerak bersama Tirai Masa dan aku semakin bahagia, larut dalam relasi bak kedekatan sebuah keluarga dengan semua anggota Tirai Masa. Kami tidak bisa disebut 'teman biasa' lagi karena ikatan emosional diantara kami sudah sedemikian erat. Kami saling berbagi banyak hal, cerita-cerita bahagia, konyol, rahasia bahkan masalah pribadi kami yang menyedihkan.

Selama itu tak terbesit olehku perasaan istimewa kepada Kak Ryan. Kuanggap dia sebagai kakak, sebagaimana juga sikapnya terhadapku dan anggota Tirai Masa yang lain. Sebagai seorang perempuan, dapat kulihat pribadinya yang penuh perhatian dan hangat kepada kami semua dan sungguh, aku tak ambil pusing dengan spekulasi-spekulasi picisan bahwa ada maksud lain dibalik sikap baiknya kepadaku. Dia adalah pemuda yang baik dan aku yakin itu, itu saja.

Sampai suatu sore, setelah pertemuan Tirai Masa, tanpa ba-bi-bu, Kak Ryan mengutarakan niatnya kepadaku untuk datang ke rumah dan melamarku. Mendengar pernyataannya itu, aku serasa ditarik pindah ke dimensi lain dunia ini. Tidak menjejakkan kaki di darat, tidak menyelam di laut, tidak melayang di angkasa. Perasaanku benar-benar campur aduk, sulit mempercayai kata-katanya, tapi aku yakin dia tidak sedang bergurau. Setelah beberapa saat terbisu, bukan membisu, akhirnya meluncur perkataan silakan-ku kepadanya. Aku sendiri terheran-heran dengan responku. Rasanya, seakan yang menjawab pertanyaannya bukanlah diriku, tapi setiap sel anggota badan dan alam bawah sadarku yang bersatu dan bersekongkol untuk berkata demikian.

Saat itulah akhirnya aku menyadari keberadaannya, perasaanku menyambut perasaanya. Aku bisa merasakan dan mengenali sesuatu yang penting itu, yang mendasari itu semua terjadi. Cinta. Aku mencintainya, sebagaimana ia mencintaiku. Dan keadaan pun berubah, sepenuhnya. Hanya dalam waktu singkat, aku telah kembali menjadi orang yang amat mencintai dan dicintai, dalam makna umum maupun personal. Dari seseorang yang anti dan menolak cinta, menjadi orang yang senantiasa berharap untuk dapat secepat mungkin mewujudkan cinta, dalam pernikahan dengannya.

Karma? Aku lebih suka menyebutnya anugrah.. karena Allah telah benar-benar menyelamatku.. Ia telah mempertemukan aku dengan cinta yang sejati, tepat di saat aku nyaris terjatuh dalam sikap apatis terhadap cinta.